Bermula dari kesempitan. Putar otak. Kemudian berpikir.
Alhamdulillah hampir tiap tahun tempat saya mengajar (SMPN 3 Salatiga)
membagikan secara gratis kain untuk dibuat baju bahkan kadang diberi 1
set kain untuk dibuat 1 stel pakaian. 1 stel pakaian upah jahitnya +_
150rb-160rb (bajunya 70-75rb, celananya 80-85rb). Waktu itu saya masih
berstatus honorer, dengan gaji pas-pasan, harga segitu tergolong mahal
buat saya. Tahun pertama, tahun kedua, saya upahkan saja krn saya pun
dak mampu jahit baju.
Tahun ketiga, dapat lagi kain untuk baju dan untuk celana, waktu itu
sekolah memberi supaya diacara pelepasan/perpisahan siswa, guru
berseragam baru. Saya berpikir lagi, wah ini memang kita dikasih kain,
tp pada hakikatnya adalah mengeluarkan uang paling tidak 150an ribu
untuk upah jahitnya.
Agak kilas balik sebentar kebelakang, sebenarnya saya punya sedikit
keterampilan dalam menjahit, buakn menjahit baju, tapi jahit kain jok,
yang notabene tidak serapih jahut baju. Iya, karena jahit jok, itu tak
sedetil jahit kain baju. Kain jok itu sifatnya agak keras, jelek dikit
dak nampak, heeeeee. Tarik sana, tarik sini, jok bisa jadi bagus. Beda
dengan kain baju.
Nah berangkat dari situ, saya berpikir, "saya bisa jahit, tas juga udah
bisa saya buat (Masalah tas, boleh anda lihat di blog satunya yaaaa, ada
tuh contohnya), masa' celana yang kalo diperhatikan dak juga susah
buatnya", itu dalam pikiran saya. Kemudian dalam hati saya bergumam lagi
"kalo saya bisa buat celana atau baju sendiri, lumayan uang Rp150an
ribu itu tak akan keluar. Dan kalo sempat saya bisa mempublikasikannya
lagi dengan teman, malah bisa jadi income tambahan buat saya".
Tapi saya belum terlalu berani jahit baju sendiri, karna saya lihat
buat baju apalagi dengan lengan panjang itu sulit, banyak itu ininya.
Maka dengan berat hati saya daftarkanlah kain baju itu ke TAILOR
terdekat. Yang saya kasihkan cuma kain baju, sedangkan kain celana masih
saya tahan di rumah, karena saya masih berkeinginan untuk buat sendiri.
Akhirnya saya bulatkan tekad, optimis saya bisa.
Karena saya tidak ada sedikitpun pengetahuan tentang jahit menjahit
baju, ukur mengukur badan. Akhirnya saya download berbagai post tentang
bagaimana cara mengukur badan untuk ditransferkan ke kain ukurannya.
Jahitan pertama, saya beli kain super murah dan saya praktekkan, hasilnya,,, yahc,,,,timpang, heeeee.
trus, dan terus, alhasil lumayanlah untuk ukuran pemula seperti saya.
Tapi, kemampuan itu belum berani saya praktekkan ke kain yang diberi
sekolah, mahal kain itu, sayang kalau rusak, heeee. Saya belum PD.
Akhirnya terbersit dipikiran saya bagaimana, celana saya yang pas
ukurannya dengan saya, di retas/dibuka jahitannya, dan dijadikan mal
aja. Nah,,,,jadilah satu celana saya buka jahitannya, dan saya jadikan
mal. potong sana, potong sini, jahit sana, jahit sini, ehhhhhh.
Keajaiban bagi saya, kain baru yang telah saya potong-potong itu
tersatukan dengan baik dan rapi, tak kalah saing dengan Tailor-tailor di
pasar itu. Alhamdulillah.......
Beberapa hari setelah itu, baju dan celana saya adalah yang tercepat
selesainya diantara rekan-rekan guru, saya tunjukkan dan saya beritahu
mereka, bahwa ini saya sendiri yang jahit.
Mantap, ada satu rekan saya minta dijahitkan dengan saya, karena dia tahu kalau dengan saya pasti harga di bawah pasar, heee.
Dan akhirnya berlanjut ke rekan yang lain juga minta dijahitkan.......
Alhadulillah, sampai dengan status saya sekarang CPNS, seragam saya dan teman saya itu, saya sendiri yang jahitnya.
Makasih, Pak Syam, Abang Ipar Pak Syam, Pak Adinan, Pak Fattah, Pak
Hendro, walau saya akui untuk Pak Hendro, ada sedikit kesalahan saya
buat bajunya, heee sory ya Pak Hendro......heeee
Ini beberapa kenangan baju hasil jahitan saya, cek it....